S E R B U I F F

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
S E R B U I F F

SERANGAN BALIK UNTUK INDONESIA.FAITHFREEDOM.ORG / serbuiff


2 posters

    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam

    Admin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 129
    Join date : 01.03.09

    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam Empty Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam

    Post  Admin Sat Mar 14, 2009 10:19 pm

    Masa keemasan Islam di bidang sians dll bukanlah omong kosong . Masa keemasan ini merupakan kontribusi dari cendikiawan muslim . Mereka sangat berjasa bagi perkembangan peradaban dunia... lihat : http://id.wikipedia.org/wiki/Cendikiawan_Muslim cheers
    Admin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 129
    Join date : 01.03.09

    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam Empty ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA .. bagian 1

    Post  Admin Sat Mar 14, 2009 10:34 pm

    ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA

    PENDAHULUAN

    Ketika periode klasik Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa mulai bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan Eropa bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan mereka mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi kemajuan mereka terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dalam bidang inilah yang mendukung keberhasilan politiknya. Dalam catatan sejarah Islam, kemajuan-kamajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah, Eropa banyak menimba ilmu, karena pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinnggi Islam di Spanyol Islam. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa, karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan[1].

    Spanyol merupakan bagian dari wilayah kekuasaan daulat bani Umayyah di Damaskus dan setelah itu dikuasai oleh Abdurrahman ad Dakhil pada tahun 75 M, bersamaan dengan hancurnya daulat bani Umayyah di Damaskus. Kemudian pemerintah Islam di Spanyol menjadi pemerintahan yang berdiri sendiri di masa khalifah Abdurrahman III dan merupakan salah satu negara terbesar di masa itu, disamping daulat Abbasiyah di Timur, Bizantium dan kerajaan Charlemangne [Frank] di Barat[2]. Namun, pada masa pemerintahan berikutnya Spanyol mengalami kemunduran karena terjadi disintegrasi yang telah memporak-porandakan kesatuan dan persatuan Andalusia yang membawa kepada kehancuran Islam di Spanyol.





    A. Masuknya Islam ke Spanyol

    Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al- Walid [105-715 M], salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman khalifah Abdul Malik [685-705 M]. Khalifah Abd al Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Moroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan kekuasaan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H [masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan] sampaitahun 83 H [masa al Walid][3]. Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.

    Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan-pasukan kesana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyebrangi selat yang berada di antara Morokko dan benua Eropa itu dengan pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka memiliki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian[4]. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad[5].

    Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad[6]. Sebuah gunung tempat pertama kali Tharig dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar [Jabal Thariq]. Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariqdan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada, dan Toledo [ibu kota kerajaan Goth saat itu][7]. Sebelum Thariq menaklukan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang[8].

    Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyebrangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukannya. Setelah Musa berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre[9].

    Gelombang perluasan berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H / 717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abd al Rahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, di antara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.

    Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah. Majorka, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Silica juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah[10]. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 m ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia[11].

    Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan[12]. Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat didalam negeri Spanyol itu sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi kedalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, palagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal[13]. Rakyat dibagi-bagi kedalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Didalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam[14]. Berkenaan dengan itu Ameer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika [Timur dan Barat] menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat[15]. Akibat perlakuan keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakan[16]. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri[17].

    Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industridan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan[18].

    Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam[19]. Maka dapat dikatakan, bahwa kondisi ini merupakan awal kehancuran kerajaan Goth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa. Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick byang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin[20].

    Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri[21]. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana[22].
    http://mediabilhikmah.multiply.com/journal/item/96 cheers
    Admin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 129
    Join date : 01.03.09

    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam Empty ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA ... bagian 2

    Post  Admin Sat Mar 14, 2009 10:36 pm

    B. Perkembangan Islam di Spanyol

    Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu :





    1. Periode Pertama [711-755 M]

    Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi duapuluh kali pergantian wali [gubernur] Spanyol dalam jangka waktuyang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisy [Arab Utara] dan Arab Yamani [Arab Selatan]. Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama[23].

    Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol. Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al- Rahman Al- Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H / 755 M[24].



    2. Periode Kedua [755-912 M]

    Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir [panglima atau gubernur] tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H / 755 M dan diberi gelar Al-Dakhil [Yang Masuk ke Spanyol]. Dia adalah keturunan Bani Umayah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukan Bani Umayah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-rahman, Munzir ibn Muhammad dan Abdullah ibn Muhammad.

    Pada periode ini, umat Islam Spanyolmulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu[25]. Pemikiran filsafat jugamulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al Aushat. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.

    Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan [Martyrdom][26]. Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beagama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi.Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara di samping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer[27].

    Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusatdi pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi[28].



    3. Periode Ketiga [912-1013 M ]

    Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok “ yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari beritayang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan inimenunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang beada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abd al-Rahman al-Nasir [912-961 M], Hakam II [961-976 M] dan Hisyam II [976-1009 M]).

    Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan daulat Abbasiyah diBaghdad. Abd al-Rahman al Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.

    Awal dari kehancuran khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada ditangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjukkan ibn Abi’ Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islamdengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya hancur total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu[29].



    4. Periode Keempat [1013-1086 M]

    Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatifpenyerangan. Mekipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sasterawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana yang lain[30].





    5. Periode Kelima [1086-1248 M]

    Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang didominasi, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun [1086-1143 M] dan dinasti Muwahhidun [1146-1235 M]. Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 m ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang kristen. Ia dan tentaranta memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Apanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya pada tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tetapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart [w 1128 M]. Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im, antara tahun 1114 dan 1154 M dan kota-kota muslim penting seperti Cordova, Almeria dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk jangka waktu beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan, akan tetapi pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami dinasti Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Kondisi Spanyol kembali semakin tidak menentu dan tidak terkendali, karana berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Pada tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248. Dengan demikian seluruh Spanyol lepas dari kekuasaan Islam, kecuali Granada[31].



    6. Periode Keenam [1248-1492 M]

    Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar [1232-1492]. Peradaban Islam kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini juga berakhir, karena perselisihan kalangan istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad, merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja dan akhirnya Abu Abdullah Muhammad memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Kemudian Abu Abdullah Muhammad meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkan saudaranya dan dua penguasa Kristen tersebut dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah Muhammad naik tahta[32] dinobatkan sebagai khalifah.

    Kerja sama Abu Abdullah Muhammad dengan dua penguasa Kristen tersebut, sebagai awal berakhirnya kekuasaan terakhir umat Islam di Cordova. Artinya, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas dengan hanya membantu Abu Abdullah Muhammad, tetapi keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Maka keduanya melakukan serangan besar-besaran dan Abu Abdullah Muhammad tidak mampu menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya Abu Abdullah Muhammad mengaku kalah. Abu Abdullah Muhammad menyerahkan kekuasaannya kepada Ferdenand dan Isabella dan kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Maka pada tahun 1609 M, dapat dikatakan tiadak ada lagi umat Islam di daerah ini[33].
    http://mediabilhikmah.multiply.com/journal/item/96 Very Happy
    Admin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 129
    Join date : 01.03.09

    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam Empty ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA bagian 3

    Post  Admin Sat Mar 14, 2009 10:41 pm

    C. Kemajuan Peradaban

    Islam di Spanyol lebih dari tujuh abad dan umat Islam telah mencapai kejayaannya di Spanyol. Banyak kemajuan dan prestasi yang diperoleh umat Islam di Spanyol, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks. Islam di Spanyol telah menunjukkan kemajuan pada bidang ilmu pengetahuan, musik dan seni, bahasa dan sastra, dan kemajuan pada pembangunan fisik.



    1. Kemajuan Intelektual

    Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab [Utara dan Selatan], al-Muwalladun [orang-orang Spanyol yang masuk Islam], Barbar [umat Islam yang berasal dari Afrika Utara], al-Shaqalibah [penduduk daerah antara Konstanstinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran], Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmu pengetahuan, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol[34]. Untuk itu, perlu mengkaji kemajuan yang dicapai umat Islam Spanyol, sebagai berikut :



    a. Bidang Filsafat

    Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat berilian dalam bentangan sejarah Islam. Umat Islam berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan dinasti Bani Umayyah yang ke-5 Muhammad ibn Abd al-Rahman [832-886 M][35].

    Atas inisiatif al-Hikam [961-976 M], karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Tumur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh para pemimpin bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa-masa sesudahnya.

    Pada perkembangan selanjutnya, lahirlah tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan ibn Bajjah. Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayig, dilahirkan di Saragosa, kemudian ia pindah ke Sevilla dan Granada dan meninggal karena keracunan di Fez pada tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis dengan magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abd Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. ibn Thufail, banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat, serta karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.

    Pada bagian akhir abad ke-12 M, menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ibn Rusyd, lahir pada tahun 1126 M dan meninggal pada tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Ibn Rusyd, juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.



    b. Bidang Sains

    Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas, termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Abbas ibn Farnas, adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu[36]. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash, terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. al-Naqqash, juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hisan bint Abi Ja’far dan saudara perempuannya al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.

    Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia [1145-1228 M] menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier [1304-1377 M] mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib [1317-1374 M] menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudia pindah ke Afrika[37]. Itulah sebagai nama-nama besar dalam bidang sains yang terkenal pada masanya di Islam Spanyol.



    c. Bidang Fikih

    Dalam bindang fikir, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Orang yang membawa dan memperkenalkan mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Kemudian perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya di antaranya adalah Abu Bakar ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.



    d. Bidang Musik dan Kesenian

    Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu turunkan kepa anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas[38].



    e. Bidang Bahasa dan Sastra

    Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka-mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.

    Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi karya-karya yang lain[39].



    2. Kemegahan Pembangunan Fisik

    Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sengat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga sistem Irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tampat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.

    Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk [kolam] dibuat untuk konservasi [penyimpanan air]. Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air [water wheel] asal Persia yang dinamakan na’urah [Spanyol: Noria]. Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan tanaman-tanaman[40].

    Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar[41]. Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah mesjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, Istana al-Makmun, mesjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.



    a. Cordova

    Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun untuk menghiasi ibukota spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik.

    Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah mesjid Cordova. Menurut ibn al-Dala’i, terdapat 491 mesjid di sana. Di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan–perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 km.





    b. Granada

    Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Disana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.

    Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain[42].




    http://mediabilhikmah.multiply.com/journal/item/96 flower
    Admin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 129
    Join date : 01.03.09

    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam Empty ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA bagian 4

    Post  Admin Sat Mar 14, 2009 10:42 pm

    3. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan

    Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.

    Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting diantara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd al-Rahman [852-886] dan al-Hakam II al-Muntashir [961-976].

    Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisispasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing[43].

    Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerjasama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing. Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam[44].

    Perpecahan politik pada masa Muluk al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti [raja] di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju[45].



    D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran

    Islam di Spanyol, menjadi pemerintahan yang berdiri sendiri di masa khalifah Abdurrahman III dan merupakan salah satu negara terbesar di masa itu, disamping daulat Abbasiyah di Timur, Bizantium dan kerajaan Charlemangne [Frank] di Barat. Tetapi pada masa pemerintahan berikutnya Spanyol mengalami kemunduran karena terjadi disintegrasi yang telah memporak-porandakan kesatuan dan persatuan Andalusia yang membawa kepada kehancuran Islam di Spanyol. Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran Islam di Spanyol antara lain :



    1. Konflik Islam dengan Kristen

    Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.[46] Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.



    2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

    Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.



    3. Kesulitan Ekonomi

    Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian[47]. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.



    4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

    Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.



    5. Keterpencilan

    Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Pemerintahan Spanyol jauh dari daerah Islam lain mengakibatkan jauhnya dukungan dari daerah lain kecuali dari Afrika Utara yang dibatasi oleh laut, sementara daerah sekitarnya adalah daerah yang dikuasai kaum Nasrani yang salalu iri dan merasa direndahkan oleh etnis Arab. Maka Islam Spanyol, selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana[48].



    E. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa

    Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.

    Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik[49]. Yang terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd [1120-1198 M]. Ibn Rusyd, melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aritoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepanka sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme [Ibn Rusyd-isme] yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.

    Berawal dari gerakan Averroeisme inilah Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.[50] Buku-buku Ibn Rusyd di cetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke 17 di Jenewa.

    Pengaruh peradaban Islam, termasuk didalamnyapemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd[51].

    Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan bangkitan kembali [renaissance] pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali kedalam bahasa Latin[52].

    Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membina gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik [renaissance] pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17M, dan pencerahan [aufklaerung] pada abad ke-18 M[53].








    [1] Badri Yatim, 1999, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 87..

    [2] Abd Al-Hamid al-‘Ibadi, 1964, al-Mujmal fi Tarikh al-Andalus, Dal al-Qalam, Mesir, hlm.100., dalam Aunur Rahim Faqih dan Munthoha, 1998, Pemikiran dan Peradaban Islam, UII Press, Yogyakarta, hlm. 71.

    [3] A. Syalabi, 1983, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Cet. Pertama, Pustaka Alhusna, Jakarta, hlm.154.

    [4] Ibid. hlm. 158.

    [5] Philip K. Hatti, 1970, History of the Arabs, Macmillan Press, London, hlm. 493., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 89.

    [6] Cal Brockelmann, 1980, History of the Islamic Peoples, Rotledge & Kegan Paul, London, hlm. 83., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 89

    [7] A. Syalabi, 1983, hlm. 161.

    [8] Badri Yatim, 1999, hlm. 89.

    [9] Carl Brockelman, 1980, hlm.14, dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 90.

    [10] Harun Nasution, 1985, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid I, Cet. Kelima, UII Press, Jakarta, hlm. 62.

    [11] Bertold Spuler, 1960, The Muslim World: A Historical Survey, E.J. Brill, Leiden, hlm. 100., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 91.

    [12] Badri Yatim, 1999, hlm. 91.

    [13] Thomas W. Arnold, 1983, Sejarah Da’wah Islam, Wijaya, Jakarta, hlm. 118.

    [14] Syeh Mahmudunnasir, 1981, Islam Its Concept & History, Kitab Bhavan, New Delhi, hlm. 214., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 91.

    [15] S.M. Imaduddin, 1981, Muslim Spain: 711-1492 A.D, E.J. Brill, Leiden, hlm. 9., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 91.

    [16] Armand Abel, 1983, “Spanyol: Perpecahan dalam Negeri”, dalam Gustav E. von Grunebaum [Ed], Islam: Kesatuan dan Keragaman, Yayasan Perkhidmatan, Jakarta, hlm. 243.

    [17] Ibid. hlm. 239.

    [18] S.M. Imaduddin, op.cit, hlm. 13.

    [19] Badri Yatim, 1999, op.cit, hlm. 92.

    [20] A. Syalabi, op.cit, hlm. 158.

    [21] Thomas W. Arnold, op.cit, hlm. 125.

    [22] Ibid. hlm. 120.

    [23] David Wassenstein, 1985, Politics and Society in Islamic Spain: 1002-1086, Prenceton University Press, New Jersey, hlm. 15-16., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 94.

    [24] Badri Yatim, 1999, op.cit, hlm. 94.

    [25] Ahmad Syalabi, 1979, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, Maktabah al-Nahdhah al-Maishriyah, Kairo, hlm. 41-50., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 95.

    [26] Jurji Zaidan, [tt], Tarikh al-Tamaddun al-Islami, Juz III, Dar al-Hilal, Kairo, hlm. 200., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 95.

    [27] Thomas W. Arnold, op.cit., hlm. 126.

    [28] Bertold Spuler, op.cit., hlm. 106.

    [29] W. Montgomery Watt, 1990, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, Tiawa Wacana, Yogyakarta, hlm. 217-218, dan baca Badri Yatim, 1999, hlm. 96-97.

    [30] Bertold Spuler, op.cit., hlm. 108, dan Badri Yatim, 1999, hlm. 98.

    [31] Ahmad Syalabi, 1979, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, Maktabah al-Nahdhah al-Mishiriyah, hlm. 75, dan Baca Badri Yatim, 1999, hlm.99.

    [32] Ahamd Syalabi, hlm. 75.

    [33] Harun Nasution, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Press, Jakarta, hlm. 82.

    [34] Luthfi Abd al-Badi, 1969, al-Islam fi Isbaniya, Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, Kairo, hlm. 38., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 101.

    [35] Majid Fakhri, 1986, Sejarah Filsafat Islam, Pustaka Jaya, Jakarta, hlm. 357.

    [36] Ahmad Syalabi, op.cit., hlm. 86.

    [37] Bertold Spuler, op.cit., hlm. 112.

    [38] Ahmad Syalabi, op.cit., hlm. 88., dan baca : Bardi Yatim, 1999, hlm.103.

    [39] Badri Yatim, 1999, op.cit., hlm. 103.

    [40] Bertold Spuler, op, cit., Hlm. 103

    [41] S. M. Imamuddin, op, Cit., Hlm. 79

    [42] Baca: Badri Yatim, 1999, hlm.103-105.

    [43] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Sitasi wa al-Dini wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima’i, [Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, Tanpa Tahun], hlm 428, dalam Bardi Yatim, 1999, hlm.106.

    [44] Majid Fakhri. Op. Cit., hlm 356

    [45] Luthfi Abd al-Badi’, op., cit. Hlm. 10

    [46] Armand Abel, op, cit., hlm. 246

    [47] Ibid., hlm. 251

    [48] Badri Yatim, 1999, hlm. 108.

    [49] Philip K. Hitti, op, cit., hlm. 526-530

    [50] S. I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, 1986, cetakan kedua), hlm. 67

    [51] Zainal Abidin Ahmad, 1975, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Bulan Bintang, Jakarta; hlm. 148-149

    [52] K. Bertenes, Ringkasan Sejarah Filsafat, [Yogyakarta: Kanisius, 1986, Cetakan kelima], h. 32. Tentang sejarah renassence dan reformasi baca J. B. Bury, Sedjarah Kemerdekaan Berfikir, [Djakarta: P.T Pembangunan, 1963], hlm. 63-82.

    [53] S. I. Poeradisastra, op, cit., hlm. 77. Baca : Badri Yatim, 1999, hlm. 87-110. flower
    http://mediabilhikmah.multiply.com/journal/item/96
    Admin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 129
    Join date : 01.03.09

    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam Empty Penemuan Sabun di Dunia Islam

    Post  Admin Wed Mar 18, 2009 8:07 pm

    Penemuan Sabun di Dunia Islam

    Salah satu penemuan penting yang dicapai umat Islam di era keemasan adalah sabun. Sejak abad ke-7 M, umat Muslim telah mengembangkan sebuah gaya hidup higienis yang mutakhir.
    Menurut Ahmad Y Al-Hassan dalam bukunya berjudul, Technology Transfer in the Chemical Industries, kota-kota Islam seperti Nablus (Palestina), Kufah (Irak), dan Basrah (Irak) telah menjadi sentra industri sabun.

    ''Sabun yang kita kenal hari ini adalah warisan dari peradaban Islam,'' papar Al-Hassan. Menurut Al-Hassan, sabun yang terbuat dari minyak sayuran, seperti minyak zaitun serta minyak aroma, pertama kali diproduksi para kimiawan Muslim di era kekhalifahan. Salah seorang sarjana Muslim yang telah mampu menciptakan formula sabun adalah Al-Razi--kimiawan legendaris dari Persia.

    ''Hingga kini, formula untuk membuat sabun tak pernah berubah,'' cetus Al-Hassan. Sabun yang dibuat umat Muslim di zaman kejayaan sudah menggunakan pewarna dan pewangi. Selain itu, ada sabun cair dan ada pula sabun batangan. Bahkan, pada masa itu sudah tercipta sabun khusus untuk mencukur kumis dan janggut.

    Harga sabun pada 981 M berkisar tiga Dirham (koin perak) atau setara 0,3 Dinar (koin emas). Resep pembuatan sabun di dunia Islam juga telah ditulis seorang dokter terkemuka dari Andalusia--Spanyol Islam--bernama Abu Al-Qasim Al-Zahrawi alias Abulcassis (936-1013 M). Ahli kosmetik ini memaparkan tata cara membuat sabun dalam kitabnya yang monumental bertajuk, Al-Tasreef.

    Al-Tasreef merupakan ensiklopedia kedokteran yang terdiri atas 30 volume. Kitab itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan digunakan sebagai buku referensi utama di sejumlah universitas Eropa terkemuka. Sang dokter memaparkan resep-resep pembuatan beragam alat kosmetik pada volume ke-19 dalam kitab Al-Tasreef.

    Selain itu, resep pembuatan sabun yang lengkap tercatat dalam sebuah risalah bertarikh abad 13 M. Manuskrip itu memaparkan secara jelas dan detail tata cara pembuatan sabun. Fakta ini menunjukkan betapa dunia Islam telah jauh lebih maju dibandingkan peradaban Barat. Masyarakat Barat, khususnya Eropa, diperkirakan baru mengenal pembuatan sabun pada abad ke-16 M.

    Namun, Sherwood Taylor (1957) dalam bukunya berjudul, A History of Industrial Chemistry, menyatakan, peradaban Barat baru menguasai pembuatan sabun pada abad ke-18 M. Sejatinya, menurut RJ Forbes (1965) dalam bukunya bertajuk, Studies in Ancient Technology, campuran yang mengandung sabun telah digunakan di Mesopotamia.

    ''Mereka belum mengenal sabun, tapi beberapa deterjen telah digunakan,'' ungkap Forbes. Menurut dia, dunia klasik belum memiliki deterjen yang lebih baik. Penemuan sabun yang tergolong modern memang baru diciptakan pada masa kejayaan Islam.

    Sejarah pembuatan sabun di dunia Islam dicatat secara baik oleh Raja Al- Muzaffar Yusuf ibn `Umar ibn `Ali ibn Rasul ( wafat 1294 M). Dia adalah seorang Raja Yaman yang berasal dari Dinasti Bani Rasul yang kedua. Raja Al-Muzaffar merupakan seorang penguasa yang senang mempelajari karya-karya ilmuwan Muslim dalam bidang kedokteran, farmakologi, pertanian, dan tekonologi.

    Raja Al-Muzaffar juga sangat mencintai ilmu pengetahuan. Pada masa kekuasaannya di abad ke-13 M, ia mendukung dan melindungi para ilmuwan dan seniman untuk berkreasi dan berinovasi. Dalam risalahnya, sang raja mengisahkan bahwa Suriah sangat dikenal sebagai penghasil sabun keras yang biasa digunakan untuk keperluan di toilet.

    N Elisseeff dalam artikelnya berjudul, Qasr al-Hayr al-Sharqi, yang dimuat dalam Ensiklopedia Islam volume IV menyatakan, para arkeolog menemukan bukti pembuatan sabun dari abad ke-8 M. Saat itu, kekhalifahan Islam sedang menjadi salah satu penguasa dunia.

    Geografer Muslim kelahiran Yerusalem, Al-Maqdisi, dalam risalahnya berjudul, Ahsan al-Taqasim fi ma`rifat al-aqalim, juga telah mengungkapkan kemajuan industri sabun di dunia Islam. Menurut Al-Maqdisi, pada abad ke-10, Kota Nablus (Palestina) sangat termasyhur sebagai sentra industri sabun. Sabun buatan Nablus telah diekspor ke berbagai kota Islam.

    Menurut Al-Maqdisi, sabun juga telah dibuat kota-kota lain di kawasan Mediterania, termasuk di Spanyol Islam. Andalusia dikenal sebagai penghasil sabun berbahan minyak zaitun. M Shatzmiller dalam tulisannya bertajuk, al-Muwahhidun, yang tertulis dalam Ensiklopedia Islam terbitan Brill Leiden, juga mengungkapkan betapa pesatnya industri sabun berkembang di dunia Islam. ''Pada 1200 M, di Kota Fez (Maroko) saja terdapat 27 pabrik sabun,'' papar Shatzmiller.

    Sherwood Taylor, dalam Medieval Trade in the Mediterranean World menyebutkan, pada abad ke-13 M, sabun batangan buatan kota-kota Islam di kawasan Mediterania telah diekspor ke Eropa. Pengiriman sabun dari dunia Islam ke Eropa, papar Taylor, melewati Alps ke Eropa utara lewat Italia.
    Selain sabun, dunia Islam pun telah menggenggam teknologi pembuatan beragam alat kosmetik. Salah satunya adalah parfum. Umat Islam di zaman kekhalifahan juga telah mengembangkan teknologi pembuatan parfum hingga menjadi sebuah industri yang sangat besar.

    Para sejarawan meyakini bahwa fondasi industri minyak wangi yang berkembang pesat di dunia Islam dibangun oleh dua ahli kimia termasyhur, yakni Jabir Ibnu Hayyan (721-815 M) serta Al-Kindi (805-873 M). Kimiawan Muslim dari abad ke-12, Al-Isybili, mengungkapkan, pada masa kejayaan Islam terdapat tak kurang dari sembilan buku teknis dan pedoman bagi pengelola industri parfum.

    Meski begitu, kitab tentang pengolahan minyak wangi atau parfum yang masih tersisa hanyalah Kitab Kimiya' al-'Itr (Book of the Chemistry of Perfume and Distillations) karya Al-Kindi.
    Jauh sebelum Al-Kindi, pengembangan industri parfum di dunia Islam juga sempat dilakukan 'Bapak Kimia Modern' Jabir Ibnu Hayyan. Ia mengembangkan beberapa teknik, termasuk penyulingan (distilasi), penguapan (evaporation), dan penyaringan (filtrasi). Ketiga teknik itu mampu mengambil aroma wewangian dari tumbuhan dan bunga dalam bentuk air atau minyak.

    Teknik dan metode dasar yang diletakkan oleh Jabir itu dikembangkan Al-Kindi. Ia melakukan riset dan eksperimen dengan lebih cermat. Al-Kindi mencoba mengombinasikan beragam tanaman dan bahan-bahan lain untuk memproduksi beragam jenis parfum dan minyak wangi. Ilmuwan Muslim asal Kufah, Irak, itu pun berhasil menemukan tak kurang dari 107 metode dan resep untuk membuat parfum serta peralatan pembuatannya.

    Begitulah, dunia Islam di era keemasan telah mampu mengembangkan industri sabun dan juga parfum. heri ruslan


    Resep Sabun Warisan Peradaban Islam
    Minyak zaitun dan al-Qali merupakan bahan utama pembuatan sabun. Bahan lain yang kerap digunakan untuk membuat sabun adalah natrun. Lalu, bagaimana proses pembuatan sabun dilakukan di dunia Islam pada abad ke-13 M? Berikut ini resep pembuatan sabun yang ditulis Daud Al-Antaki seperti dikutip Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk, Islamic Technology: An Illustrated History:

    Inilah cara membuat sabun yang diwariskan peradaban Islam:
    Ambil satu bagian al-Qali dan setengah bagian kapur. Giling dengan baik, kemudian tempatkan dalam sebuah tangki. Tuangkan air sebanyak lima bagian dan aduk selama dua jam. Tangki dilengkapi lubang bersumbat. Setelah pengadukan berhenti dan cairan menjadi jernih, lubang ini dibuka.

    Jika air sudah habis, sumbat kembali lubang tersebut, tuangkan air dan aduk, kosongkan dan seterusnya sampai tak ada lagi air yang tersisa. Faksi air di setiap periode dipisahkan. Lalu, minyak yang sudah murni diambil sebanyak 10 kali jumlah air yang pertama tadi, lalu letakkan di atas api. Jika sudah mendidih, tambahkan air faksi terakhir sedikit demi sedikit. Kemudian tambah dengan air faksi nomor dua terakhir, sampai air faksi pertama.

    Dari proses itu, akan diperoleh campuran seperti adonan kue. Adonan ini disendok (dan disebarkan) di atas semacam tikar hingga kering sebagian. Kemudian, tempatkan dalam nura (kapur mati). Inilah hasil akhir dan tidak diperlukan lagi pendinginan atau pencucian dengan air dingin selama proses.

    Ada kalanya ditambahkan garam ke dalam al-Qali dan kapur sebanyak setengah kali jumlah kapur. Selain itu, juga ditambhakan amilum tepat sebelum proses selesai. Minyak di sini dapat diganti dengan minyak lain dan lemak seperti minyak carthamus.

    Itulah salah satu resep pembuatan sabun yang berkembang di dunia Islam. Sejatinya, masih banyak risalah lain yang mengungkapkan formula pembuatan sabun. Salah satunya adalah buah pikir Al-Razi. hri.mr-republika

    http://2i2h.multiply.com/notes/item/773?mark_read=2i2h🎶773

    Very Happy cheers
    avatar
    G4ul


    Jumlah posting : 31
    Join date : 14.03.09

    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam Empty Re: Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam

    Post  G4ul Tue Mar 24, 2009 10:52 pm

    to0long bukam tread ni mas admin,http://indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?f=3&t=31201&start=140

    gua risih, coz ud jawab pake literature sampean, kagak mempan juga...
    Admin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 129
    Join date : 01.03.09

    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam Empty Salah satu perbuatan baik yg nyata dari muhammad adalah pengampunan dan pembebasan kafir quraisy pada wakktu penaklukan mekkah..lihat :

    Post  Admin Wed Mar 25, 2009 7:32 pm

    G4ul wrote:to0long bukam tread ni mas admin,http://indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?f=3&t=31201&start=140

    gua risih, coz ud jawab pake literature sampean, kagak mempan juga...


    Salah satu perbuatan baik yg nyata dari muhammad adalah pengampunan dan pembebasan kafir quraisy pada wakktu penaklukan mekkah..lihat :

    Sejarah Hidup Muhammad

    oleh Muhammad Husain Haekal

    .... Sekarang Muhammad berhenti di hulu kota Mekah, di hadapan
    Bukit Hind. Di tempat itu dibangunnya sebuah kubah (kemah
    lengkung), tidak jauh dari makam Abu Talib dan Khadijah.
    Ketika ia ditanya, maukah ia beristirahat di rumahnya,
    dijawabnya: "Tidak. Tidak ada rumah yang mereka tinggalkan
    buat saya di Mekah," katanya. Kemudian ia masuk ke dalam kemah
    lengkung itu, ia beristirahat dengan hati penuh rasa syukur
    kepada Tuhan, karena ia telah kembali dengan terhormat, dengan
    membawa kemenangan ke dalam kota, kota yang dulu telah
    mengganggunya menyiksanya dan mengusirnya dari keluarga dan
    kampung halamannya. Ia melepaskan pandang ke sekitar tempat
    itu, ke lembah wadi dan gunung-gunung yang ada di
    sekelilingnya. Gunung-gunung, tempat ia dahulu tinggal di
    celah-celahnya, ketika tindakan Quraisy sudah begitu memuncak,
    begitu keras mengasingkan dia. Di pegunungan itulah, yang juga
    di antaranya Gua Hira, tempat ia menjalankan tahannuth ketika
    datang kepadanya wahyu: 'Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang
    menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah.
    Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena.
    Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya..."
    (Qur'an, 96: 1-5)

    Ke sekitar gunung-gunung itu ia melepaskan pandang, ke
    lembah-lembah, dengan rumah-rumah Mekah yang bertebaran, dan
    di tengah-tengah adalah Rumah Suci. Begitu rendah hati ia
    kepada Tuhan, sehingga airmata menitik dari matanya, setitik
    airmata Islam dan rasa syukur demi Kebenaran Yang Mutlak, yang
    dalam segala soal kepadaNya jua akan kembali.

    Saat itu juga terasa olehnya bahwa tugasnya sebagai komandan
    sudah selesai. Tidak lama tinggal dalam kemah itu, ia segera
    keluar lagi. Dinaikinya untanya Al-Qashwa, dan ia pergi
    meneruskan perjalanan ke Ka'bah. Ia bertawaf di Ka'bah tujuh
    kali dan menyentuh sudut (hajar aswad) dengan sebatang
    tongkat5 di tangan. Selesai ia melakukan tawaf, dipanggilnya
    Uthman b. Talha dan pintu Ka'bah dibuka. Sekarang Muhammad
    berdiri di depan pintu, orang pun mulai berbondong-bondong. Ia
    berkhotbah di hadapan mereka itu serta membacakan firman
    Tuhan: "Wahai manusia. Kami menciptakan kamu berbangsa-bangsa
    dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Tetapi orang
    yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah
    orang yang paling takwa (menjaga diri dari kejahatan). Allah
    Maha mengetahui dan Maha mengerti." (Qur'an, 49: 13)

    Kemudian ia menanya kepada mereka:

    "Orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu, apa yang akan
    kuperbuat terhadap kamu sekarang?"

    "Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu yang pemurah."
    jawab mereka.

    "Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!" katanya.

    Dengan ucapan itu maka kepada Quraisy dan seluruh penduduk
    Mekah ia telah memberikan pengampunan umum (amnesti).

    Alangkah indahnya pengampunan itu dikala ia mampu! Alangkah
    besarnya jiwa ini, jiwa yang telah melampaui segala kebesaran,
    melampaui segala rasa dengki dan dendam di hati! Jiwa yang
    telah dapat menjauhi segala perasaan duniawi, telah mencapai
    segala yang diatas kemampuan insani! Itu orang-orang Quraisy,
    yang sudah dikenal betul oleh Muhammad, siapa-siapa mereka
    yang pernah berkomplot hendak membunuhnya, siapa-siapa yang
    telah menganiayanya dan menganiaya sahabat-sahabatnya dahulu,
    siapa-siapa yang memeranginya di Badr dan di Uhud, siapa yang
    dahulu mengepungnya dalam perang Khandaq? Dan siapa-siapa yang
    telah menghasut orang-orang Arab semua supaya melawannya, dan
    siapa pula, kalau berhasil, yang akan membunuhnya, akan
    mencabiknya sampai berkeping-keping kapan saja kesempatan itu
    ada!? Mereka itu, orang-orang Quraisy itu sekarang dalam
    genggaman tangan Muhammad, berada di bawah telapak kakinya.
    Perintahnya akan segera dilaksanakan terhadap mereka itu.
    Nyawa mereka semua kini tergantung hanya di ujung bibirnya dan
    pada wewenangnya atas ribuan balatentara yang bersenjatakan
    lengkap, yang akan dapat mengikis habis Mekah dengan seluruh
    penduduknya dalam sekejap mata!
    (bersambung ke bagian 3/3)

    http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/Bebas2.html

    .mereka semaua diampuni dan dibebaskan......sebenarnya muhammad bisa aja balas dendam dan membunuh mereka semua , tapi muhammad tidak melakukannya justru ia memaafkan dan membebaskan mereka semua...peristiwa ini juga menjadi bantahan pada tuduhan orang anti islam bahwa muhammad suka membunuh orang kafir.....lihat fakta orang kafir quraisy tidak dibunuh..ini berbeda adg apa yg dilakukan orang kristen pada perang salib dan inkuisisi di spanyol..pada waktu itu umat islam sudah mneyerah tapi tetap saja dihabisi dan dibantai.....padahal katanya mereka menganut ajaran kasih eh nggak taunye ternyata ajaran biadab !!! Laughing

    Sponsored content


    Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam Empty Re: Sains, Mukjizat & Jaman Keemasan Islam

    Post  Sponsored content


      Waktu sekarang Thu Apr 18, 2024 11:30 pm